Page 16 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 16
Dalam hati ia pun berkata, “Duh, sepertinya ada yang tidak
beres. Kemudian, ia pamit dengan kedua perempuan itu. “Ka, aku
naik dulu ya, mau ambil air minum.” Ujar Simpei berpamitan. Tiba-
tiba terdengar suara jawaban oleh dua orang perempuan tersebut.
“Oh ia, tapi jangan lama ya,” ujar kedua perempuan itu
menjawab.
“Ia, Ka, rumah kita kan dekat,” jawab si Simpei berusaha
setenang mungkin.
Simpei melangkah cukup cepat sambil melirik kembali alu yang
dipegang oleh dua orang perempuan yang bersamanya menumbuk
padi tetapi bentuk alu yang digunakan kedua perempuan tersebut
terlihat aneh. Sesampainya di pintu rumah betang si Simpei langsung
berlari ke dalam rumah sambil teriak minta tolong tetapi tidak ada
satu pun warga yang mendengar suara Simpei. Semuanya warga
tetap tidur lelap, seolah-olah tidak mendengarkan apa-apa. Simpei
menjadi kebingungan saat ia teriak minta tolong tetapi tidak ada yang
mendengarkannya. Saat ia mencapai barisan warga yang tidur ia
langsung membangunkan salah satu warga di rumah betang
tersebut. Semua warga yang ia bangunkan seolah-olah membeku
dan tidak ada yang bisa mendengarkan suara Simpei. Dengan putus
asa Simpei bersembunyi di tengah kerumunan warga yang sedang
tidur dan berharap ia tidak disusul oleh dua orang perempuan
tersebut. Simpei teringat dengan cerita warga, jika bertemu dengan
dua orang perempuan yang sering menjelma menjadi manusia maka
susah baginya bisa lepas. Tak terasa air mata Simpei menetes.
Dalam hatinya ia selalu memanjatkan doa dan berharap bisa selamat
dari kedua perempuan itu.
Kedua perempuan yang tadi menemani Simpei menumbuk
padi langsung melanjutkan kegiatannya. Setelah beberapa lama
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 5