Page 14 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 14

Beberapa  saat  sepinya  malam  mulai  senyap  hanya  terdengar
            suara-suara  binatang  yang  bersahutan  dan  seluruh  warga  betang
            sudah  terlelap.  Tiba-tiba  si  Simpei  terbangun  karena  mendengar
            suara warga yang sudah mulai menumbuk padi. Dengan gerak yang
            cepat  si  Simpei  langsung  membangunkan  si  Salampak  namun
            Salampak  tak  kunjung  bangun.  Karena  takut  kesiangan  akhirnya
            Simpei  memutuskan  untuk  keluar  sendiri  dari  rumah  betang  dan
            menyusul warga yang sudah mulai menumbuk. Saat Simpei sampai
            di bawah rumah betang ia melihat ada lentera yang bergantung di
            bawah  rumah  betang  dan  ada  beberapa  warga  serta  dua  orang
            perempuan yang sudah mulai menumbuk padi.

                 “Rupanya  orang-orang  sudah  mulai  menumbuk  padi.”  Ujar  si
                 Simpei bicara dalam hati.

                 Tanpa  banyak  kata,  dengan  bergegas  Simpei  langsung
            bergabung  dengan  para  warga  dan  mengambil  sekarung  gabah
            untuk ditumbuk. Saat mulai menumbuk tiba-tiba Simpei merasa ada
            yang aneh karena tanda-tanda benang putih tak kunjung tampak di
            lelangit.  Padahal  sudah  setengah  jam  Simpei  dengan  santainya
            menumbuk padi yang tadinya ia kira sudah kesiangan.
                 “Perasaan tadi aku bangunnya kesiangan. Ko, belum ada tanda-
                 tanda kemunculan matahari, ya”. Ujar Simpei dalam hati sambil
                 menggaruk  kepalanya  yang  tidak  gatal,  karena  penasaran
                 kemudian  Simpei  mengajak  salah  satu  warga  yang  di
                 sampingnya untuk bicara. “Ka, sekarang sudah jam berapa ya?”
                 tanya  Simpei  kepada  dua  orang  perempuan  yang  menumbuk
                 padi  di  dekatnya  tetapi  mereka  hanya  diam  dan  tidak  ada

                 jawaban.






                                  CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 3
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19