Page 131 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 131
dan menjadi malaikat dan selamat dari keburukan dan
kekeliruan. Yang lain di kuasai oleh naluri hewan, tenggelam
dalam kekeliruan yang lain lagi berada dalam pertentangan,
bimbang dan cemas sepanjang masa. Adapun seorang sufi
selalu bersama keutamaan dan kebajikan serta membimbing
mereka ke arah keutamaan sedang setan selalu mengganggu,
merayu, dan membawa merek ke arah kehinaan sebagai balas
dendam dan iri hati terhadap manusia”,
Menurut Jalaluddin Al-Rumi dalam diri harus ditumbuh
dan dimekarkan cinta, karena cinta itu ada pada semua yang
ada. Ia menjadi alat peggerak segala makhluk menuju cinta
abadi. Cinta demikian, meningkat ke arah cinta tanpa batas
dan bertemu dengan cinta yang hakiki. Dalam tingkat
demikian Jalaluddin Al-Rumi bersenandung:
“Bukan dari Adam Aku Mengambil Nasab,
Tapi dari Debu nan Jauh di Sana,
Jalan yang Sunyi Sepi Tiada Berujung,
ku Lepaskan Diriku sari Tubuh san Nyawa,
Dan Aku Mulai Menempuh Hidup Baru,
Dalam Roh Kecintaan Abadi”
Kecintaan Jalaluddin Al-Rumi adalah kecitaan dalam
maqom yang tertinggi dan telah berada dalam jasad sejati. Ia
tiada mengenal batas-batas tertentu dan tenggelam dalam
laut keTuhanan. Dalam keadaan demikian, senandungnya
seirama dengan senandung ibnu Arabi.
118 | Asep Solikin