Page 145 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 145
sampai terakhir dengan berjalan di atas atap rumah-rumah
tersebut.
Maka dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia
pindah kerumah sebelah. Disitu dia melihat seorang wanita,
maka dia memalingkan wajahnya dan menjauh dari rumah
itu. Lalu dia lihat rumah yang disebelahnya lagi. Keadannya
sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari
rumah itu. Rasa laparnya menggelora, dan bau masakan
tersebut menyeret langkahnya memasuki rumah itu.
Dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah dan
dengan cepat dia masuk kedapur lalu mengangkat tutup
panci yang ada disitu. Dilihatnya sebuah terong besar yang
sudah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia
tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada
ditangannya dan saat dia mengunyah dan hendak
menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran agamanya.
Langung dia berkata, “A’udzubillah! aku adalah penuntut
ilmu dan tinggal dimasjid, pantaskah aku masuk kerumah
orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?”.
Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar, lalu dia
menyesal dan beristighfar kepada Allah, kemudian dia
pulang kembali ketempat semula. Lalu dia masuk ke dalam
masjid dan mendengarkan sheikh yang saat itu sedang
mengajar. Karena terlalu lapar dia tidak dapat memahami
yang ia dengar.
Ketika majelis itu selesai dan orang-orang sudah pulang
datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya
dengan hijab, saat itu memang tidak ada perempuan kecuali
memakai hijab, kemudian perempuan itu berbicara dengan
sheikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang
dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba sheikh itu
melihat ke sekelilingnya. Tak tampak kecuali pemuda itu,
132 | Asep Solikin