Page 146 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 146
dipanggillah ia dan sheikh itu bertanya, Apakah kamu sudah
menikah?’, dijawab, belum”. Sheikh itu bertanya lagi,
“Apakah kau ingin menikah?” pemuda itu diam. Sheikh
mengulang lagi pertanyaannya. Akhirnya pemuda itu angkat
bicara, “Ya Sheikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk
membeli roti, bagaimana aku akan menikah?’ Sheikh itu
menjawab, “Wanita ini datang membawa kabar, bahwa
suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota
ini. Di sini bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-
siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin,”
sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokan.
Sheikh itu melanjutkan pembicaraannya, “Dan wanita
ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil
penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang
mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin
diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya?”.
Pemuda itu menjawab, “Ya”. Kemudian sheikh bertanya
kepada wanita itu, “Apakah kau mau menerimanya sebagai
suamimu?” ia menjawab, Ya”. Maka sheikh itu
mendatangkan pamannya dan dua orang saksi kemudian
melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk
muridnya itu. Kemudian sheikh itu berkata “peganglah
tangan istrimu!”. Dipeganglah tangan istrinya dan sang istri
membawanya ke rumahnya.
Setelah keduanya masuk kedalam rumah sang istri
membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh
pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih
muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa rumah
itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.
Sang istri bertanya, “Kau ingin makan?’. “Ya” jawabnya.
Lalu dia membuka tutup panci di dapurnya. Saat melihat
Bibliosufistik | 133