Page 151 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 151

RIDHA ATAS TAKDIR


                 Ada  seorang  yang  shalih  mendapat  cobaan  terkait
            putra-putranya. Ketika ia dianugerahi dua orang anak dan
            baru  saja  mulai  beranjak  besar  sehingga  membuatnya
            bahagia,  tiba-tiba  anaknya  dijemput  kematian.  Ia
            ditinggalkan  anaknya  dengan  penuh  kesedihan  dan  patah
            hati.  Akan  tetapi,  lantaran  kuatnya  iman,  ia  hanya  dapat
            mengikhlaskan  karena  Allah  Subhanahu  wa  Ta’ala  dan
            bersabar seraya berkata, “Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala –
            segala sesuatu yang telah Dia berikan. Milik Allah Subhanahu
            wa Ta’ala pula segala sesuatu yang telah Dia ambil. Ya Allah!
            Berilah  keselamatan  kepadaku  dalam  musibah  ini  dan
            berikanlah ganti yang lebih baik lagi.”
                 Allah  pun  menganugerahkannya  anak  yang  ketiga.
            Setelah  beberapa  tahun,  si  anak  jatuh  sakit.  Dan  ternyata
            sakitnya sangat parah sampai hampir mati. Sang ayah berada
            di sisinya dengan air mata yang berlinangan. Kemudian ia
            merasakan kantuk dan tidur.
                 Di  dalam  tidurnya  ia  bermimpi  bahwa  kiamat  telah
            datang. Ketakutan-ketakutan pada hari Kiamat telah muncul.
            Lantas ia melihat shirath (jembatan) yang telah dipasang di
            atas permukaan Neraka Jahannam. Orang-orang sudah siap
            menyeberanginya. Laki-laki tersebut melihat dirinya sendiri
            di atas shirath. Ia hendak berjalan, tetapi ia takut terjatuh.
            Tiba-tiba  anaknya  yang  pertama  yang  telah  mati  datang
            berlari-lari  menghampirinya  seraya  berkata,  “Saya  akan
            menjadi sandaranmu wahai ayahku!” Sang ayah pun mulai
            berjalan.  Akan  tetapi,  ia  masih  khawatir  terjatuh  dari  sisi
            lain.   Tiba-tiba   ia   melihat   anaknya   yang   kedua
            mendatanginya dan memegangi tangannya pada sisi lainnya.



            138 | Asep Solikin
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156