Page 192 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 192

Si penjual bercerita, “Anaknya yang terkena musibah. Ia
               seorang  anak  yang  berbakti  kepada  orangtuanya.  Segala
               kebutuhan orangtuanya pasti dipenuhinya. Sayangnya, sang
               anak meninggal dunia dengan kondisi yang mengenaskan.”
               Aku  bertanya  lagi,  “Oh,  apa  gerangan  yang  menyebabkan
               kematiannya?”
                   Si penjual mulai berkisah, “Ada seorang wanita Anshar
               yang  jatuh  hati  kepadanya.  Si  wanita  kemudian  mengirim
               surat  kepadanya  dengan  mengungkapkan  rasa  cinta  yang
               menyelimuti  hatinya.  Si  wanita  juga  minta  supaya  ia
               menemuinya,  bahkan  ia  juga  diajak  bercumbu  rayu  oleh
               wanita itu. Padahal si wanita sudah memiliki suami.”

                   Ia pun membalas surat itu dengan bahasa yang puitis.
               Isi suratnya begini, “Haram adalah jalan yang takkan pernah
               kutempuh, dan takkan pernah kuanjurkan selama hidupku.
               Apa  yang  kamu  impikan  hanya  akan  berujung  keputus-
               asaan. Carilah jalan kehinaan, tetapi aku jangan dilibatkan.
               Janganlah  jadi  orang bodoh  dan pengikut  setan. Aku akan
               tetap memelihara kehormatan.”

                   Setelah membaca surat itu, si wanita menulis surat lagi
               dengan  bahasa  yang  agak  puitis  juga.  Isinya  begini,
               “Penuhilah  ajakanku  wahai  pemuda  yang  keras  kepala.
               Tinggalkan segala nasehatmu dan kemarilah dengan penuh
               cinta.”  Karena  tetap  membandel,  akhirnya  si  pemuda
               meminta  pendapat  sahabatnya.  Si  sahabat  berkata,
               “Mungkin  kamu  perlu  menyuruh  salah  seorang  kerabat
               wanitamu untuk menasehati dan meluruskan keinginannya.
               Siapa tahu dengan cara seperti itu, wanita itu bisa berubah.”

                   Mendengar  usulan  sahabatnya,  pemuda  itu  berkata,
               “Demi  Allah,  hal  itu  tidak  bisa  kulakukan.  Aku  tidak  ingin
               menceritakan  aib  wanita  itu  keapda  orang  lain  kecuali
               kepada dirimu.” Pemuda itu sengaja tidak membalas surat si


                                                       Bibliosufistik | 179
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197