Page 193 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 193

wanita. Ternyata hal itu membuat si wanita tidak puas. Ia
            terpaksa mengirim surat lagi kepada pemuda yang disertai
            dengan  ancaman.  Isi  suratnya  begini,  “Kamu  tinggal  pilih;
            kamu yang menemuiku atau aku yang menemuimu?”

                 Terpaksa  si  pemuda  membalas  surat  itu  yang  isinya,
            “Kendalikan   dirimu   wanhai   wanita.   Tinggalkanlah
            impianmu  yang  rendah  itu.”  Si  wanita  mulai  putus  asa.
            Setelah  itu  ia  menempuh  jalan  buntu.  Akhirnya  ia  pergi
            menemui wanita penyihir dan minta tolong supaya pemuda
            itu dijampi-jampi. Si wanita penyihir pun mulai menjalankan
            tugasnya.
                 Pada  suatu  malam,  si  pemuda  sedang  duduk  santai
            bersama ayahnya. Tiba-tiba di hatinya terlintas rasa rindu
            kepada wanita itu. Hatinya bergemuruh dilanda rasa kangen
            tak terkira. Ia segera bangkit dari sisi sang ayah dan langsung
            menunaikan shalat. Ia berdoa kepada Allah sambil menangis
            sejadi-jadinya  supaya  dijauhkan  dari  kerinduan  yang  tak
            menentu itu. Tapi sayang, rindu yang dipendamnya semakin
            bergelora.

                 Melihat  sikap  sang  anak  berubah,  ayahnya  bertanya,
            “Apa  yang  terjadi  denganmu,  nak?”  Sang  anak  menjawab,
            “Ayah, mohon ikatlah aku! Sepertinya pikiranku sudah tak
            waras lagi.” Mendengar permintaan itu, ayahnya terkesiap
            dan  menangis.  Ia  bertanya  lagi,  “Ada  apa  sebenarnya,
            anakku. Coba ceritakan kepadaku.”
                 Sang  anak  kemudian  menceritakan  kisah  yang
            sebenarnya  kepada  sang  ayah.  Karena  sang  anak  terus
            mendesak untuk diikat, akhirnya dengan hati trenyuh sang
            ayah bangkit dari duduknya dan mengambil tali. setelah itu
            anaknya diikat dan dimasukkan ke dalam kamar. Tidak lama
            berselang,  tiba-tiba  sang  anak  meronta-ronta  dan
            menderum  seperti  suara  sapi.  Setelah  dilihat,  ternyata


            180 | Asep Solikin
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198