Page 198 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 198
terkejut, tapi ia sangat berterima kasih pada gurunya yang
memang baik hati itu. Tak lama, ia pun pulang dari pondok
gurunya.
Di jalan, murid ini bertemu dengan temannya. Teman
tersebut bertanya dari mana ia mendapat kambing. Murid
yang lugu itupun menceritakan bagaimana ia membawa ubi
hingga dapat kambing. Mendengar cerita itu, murid yang
satu ini tergiur mendapat pemberian yang sama dari
gurunya. Ia pun segera pulang dan menceritakan kejadian itu
pada ayahnya. Sang ayah yang juga tergiur berkata, "Wah,
mungkin kalau kamu bawa kambing, nanti kamu akan diberi
sapi, Nak." Begitu pikir ayah dan anak ini. Kalau mereka
memberi yang besar, maka mereka akan menerima yang
lebih besar lagi. Maka, sore itu pergilah murid yang satu ini
membawa kambing ke rumah gurunya. Sang guru kaget,
baru saja ia memberi kambing pada muridnya, sekarang ia
menerima kambing lain yang menggantikan kambingnya.
Maka buru-buru ia menemui istrinya, "Istriku, kita dapat
kambing lagi. Alhamdulillah. Kita cuma punya ubi, ya? Ya
sudah berikan saja ubinya untuk muridku," ujarnya.
Maka sang guru keluar membawa 3 ikat ubi yang
diberikan murid pertamanya tadi. Melihat apa yang
diberikan gurunya, murid kedua ini terkejut. Antara agak
kecewa dan harus tetap senyum di depan gurunya. Maka ia
pun pulang dengan membawa 3 ikat ubi, bukan sapi seperti
yang dia harapkan.
.
Bibliosufistik | 185