Page 215 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 215
Sehari-hari, Abu Bakar memang dikenal dengan nama
"Faraqna" oleh orang-orang di tempat dia berjualan. Karena
suara itu datangnya dari gang kecil, dia mempercepat
langkahnya sambil tergopoh-gopoh menggendong tas berisi
kain faraqna. Setelah beberapa langkah, tibalah dia di tempat
sumber suara. "Silakan masuk dan tunggu di dalam," kata
pemilik sumber suara tadi.
Abu Bakar sebagai penjual sudah terbiasa merespons
semua panggilan, baik yang datangnya dari panggilan laki-
laki maupun perempuan. Untuk itu, dia tidak kaget meski
ternyata suara yang dia dengar kali ini adalah suara tunggal
dari seorang perempuan. "Terima kasih," jawabnya. Karena
si pemilik rumah lama keluar, akhirnya Abu Bakar
mendekatkan badannya ke bibir pintu yang sudah terbuka
lebar. Hal itu dia lakukan agar hawa dingin yang ada di dalam
ruangan bisa mengurangi panas dan dahaga yang sedang
menguasai tubuhnya. Sembari mengipas- ngipas, akhirnya
pemilik rumah itu keluar.
Abu Bakar kaget ketika melihat pemilik suara itu
mengenakan pakai yang transparan, bagian ujung
pakaiannya tersingkap-singkap dengan cara jalannya.
Dengan suara menggoda, wanita itu bertanya sambil
membolak-balik dagangan Abu Bakar. Akan tetapi, matanya
terus menatap wajah Abu Bakar dengan mengumbar
senyum menggoda. Sambil menarik tangannya ke dalam
ruangan. Wanita yang sudah berselok itu berkata. "Aku
memanggilmu, bukan untuk membeli apa yang kamu jual,"
bisiknya ke telinga Abu Bakar. "Akan tetapi aku
memanggilmu karena aku menyukaimu," katanya, dengan
bibirnya yang hampir menyentuh ujung telinga Abu Bakar.
Mengetahui bibir wanita itu hampir menempel di daun
telinganya, Abu Bakar segera menggerakkan kepalanya. Hal
202 | Asep Solikin