Page 90 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 90
ada lagi kecuali Al-Wahidul Ahad, tenggelam dan sirna dalam
keesaan ilahi dalam keadaan demikian, Abu Yazid berkata:
Menjadilah sifatku, menjadi sifat rububiyah, lidahku adalah
lisan tauhid dan isyaratku adalah isyarat keabadian. Aku Abu
Yazid semakin jauh dan mendalam ke dalam lautan fana,
hingga menyatu dengan Tuhan (ittihad) dengan kalimat-
kalimat bersayap yang belum dikenal sebelumnya
(sythatah)”.
Ucapan-ucapan Abu Yazid
Ucapan-ucapan yang bersifat sythatat diucapkan oleh
Abu Yazid: “Tidak ada Tuhan selain Aku, maha suci Aku,
maha suci Aku, maha besar Aku”.
Keadaan Abu Yazid dan ucapan-ucapan itu
menimbulkan berbagai tanggapan. Dzu nun Al-Mishri
mengutus sahabatnya untuk menemui Abu Yazid. Ketika
utusan itu sampai, diketuklah pintu rumah Abu Yazid
terjadilah percakapan antara Abu Yazid dengan tamunya:
Abu Yazid: “Siapa di luar”?
Tamu: “Kami hendak berjumpa dengan Abu Yazid”!
Abu Yazid: “Abu Yazid siapa? Di mana dia, saya pun
mencari Abu Yazid”.
Rombongan tamu itu pun pulang dan memberitahukan
kepada Dzu Nun. Mendengar keterangan itu Dzu Nun
berkata: Sahabatku Abu Yazid telah pergi kepada Allah dan
ia sedang fana”. Kalangan sufi berbeda pendapat, ada yang
berusaha untuk memberikan penafsiran sehingga sesuai
dengan tasawuf yang lazim seperti Abdul Qodir Jaelani, Al-
Sharaj, Al-Thusi, dan Junaidi Al-Baghdadi. Yang menolak dan
tidak membenarkannya seperti Ibnu Jauzi dan Ibnu Salim.
Kalangan sufi ada juga yang tidak yakin berasal dari Abu
Bibliosufistik | 77