Page 144 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 144

TEMPAYAN RETAK





               “Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di
                 sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata
               air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku
               telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias
                                  meja majikan kita.”


               S
                  eorang  tukang  air  memiliki  dua  tempayan  besar,
                  masing-masing  bergantung  pada  kedua  ujung  sebuah
               pikulan,  yang  dibawa  menyilang  pada  bahunya.  Satu  dari
               tempayan  itu  retak,  yang  satunya  tidak.  Tempayan  yang
               tidak retak selalu dapat membawa air penuh dari mata air
               ke  rumah  majikannya,  sedang  tempayan  retak  itu  hanya
               dapat membawa air setengah penuh.

                   Selama  dua  tahun,  hal  ini  terjadi  setiap  hari.  Si
               tempayan  yang  tidak  retak  merasa  bangga  akan
               prestasinya,  karena  dapat  menunaikan  tugasnya  dengan
               sempurna.  Namun  si  tempayan  retak  merasa  malu  sekali
               akan  ketidaksempurnaannya  dan  merasa  sedih  sebab  ia
               hanya  dapat  memberikan  setengah  dari  yang  seharusnya
               dapat  diberikannnya.  Tertekan  oleh  kegagalan  ini,
               tempayan  retak  itu  berkata  kepada  si  tukang  air,  ”Saya
               sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon
               maaf  kepadamu.””Kenapa?”  tanya  si  tukang  air,  “Kenapa
               kamu merasa malu?”

                            Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca | 131
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149