Page 148 - Bibliospiritual Menemukan Makna Dalam Kata Terbaca
P. 148
perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop!
Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum!”
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan
membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah
penderitaanku. Ooh ternyata belum. Setelah dingin aku
diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai
mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku
berteriak.
Wanita itu berkata “belum!” Lalu ia memberikan aku
kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke
perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong!
Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak
sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan
teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas
“menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik
mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku
melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak
percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang
begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang
lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.
Sabar itu ada empat macam,
sabar atas hal-hal yang wajib, sabar atas
musibah, sabar atas gunjingan manusia, dan
sabar atas kefakiran. Sabar atas hal-hal yang
diwajibkan itu taufiq, sabar atas musibah itu
berpahala, sabar atas gunjingan manusia
itu (tanda) dicintai (Allah), dan sabar atas
kefakiran itu ridhanya Allah.”
Bibliospiritual: Menemukan Makna dalam Kata Terbaca | 135