Page 27 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 27
Penelitian Mayasari et al., (2014) denagn judul “Kajian
Semiotik Ornamen Interior Pada Lamin Dayak Kenyah (Studi
Kasus Interior Lamin Di Desa Budaya Pampang)” berdasarkan
hasil penelitian ikon dan hiasan bukan sekedar terletak di suatu
benda peninggalan leluhur namun terdapat juga di Lamin,
merupakan rumah panjang suku Dayak. Ikon yang digunakan
suku Dayak kenyah mempunyai arti sesuai dengan kesepakan
bersama dari para leluhur
Penelitian Swastini et al., (Swastini et al., 2019) dengan
judul “Pengembangan Busana Fantasi Dengan Sumber Ide
Busana Tradisional Dayak” berdasarkan hasil penelitian peneliti
mengembangkan pakaian fantasi dengan model L dan A yang
diadaftasi dari pakaian suku Dayak yang menampilkan potonyan
tanpa lengan dipadankan dengan rok. Warna yang digunakan
dalam busana orang dayak adalah warna gelap namun cenderung
kewarna-warna cerah. Pakaian orang Dayak mempunyai corak
khusu seperti corak pakis, corak enggang dan corak naga.
Penelitian Wihardi et al., (Wihardi et al., 2014) dengan
judul “Pergeseran Makna Motif Batik Yogyakarta–Surakarta”.
Berdasarkan hasil penelitian dahulu kala corak batik diolah
berdasarkan nilai kearifan lokal yang didalamnya mengandung
falsafah hidup masyarakat. Seiiring perkembangngan zaman,
corak batik dibuat sesuai dengan permintaan pasar dicetak
dengan mesin bukan lagi diproduksi secara tradisional dengan
menggunakan canting. Produksi batik yang diolah secara
modern dan tidak mengandung falsafah kehidupan yang menjadi
ciri suku tertentu. Perubahan pada komponen-komponen
batik Yogyakarta-Surakarta disebabkan perkembangan ilmu
dan teknologi, dan permintaan konsumen. Pergeseran pada
komponen batik tidak selalu berdampak negatif, batik yang di
hasilkan dengan corak kontenporer dapat dikenal secara luas
oleh masyarakat Indonesia dan manca negara. Batik hendaknya
14 | Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman