Page 22 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 22
Levi-Strauss dari analisis mitos pertamanya, menunjukkan
tujuan dan kecenderungan analisis tertarik untuk menemukan
struktur pemikiran manusia secara universal. Mitos merupakan
salah satu contoh produksi budaya di mana struktur seperti itu
dapat dipelajari, "sifat bawah sadar dari fenomena kolektif".
Levi-Strauss mengkritik kecenderungan filosofis yang melihat
mitos hanya "inonasi kolektif", dengan demikian segala macam
materialisme naif yang menganggap mitos adalah cerminan
sederhana dari struktur dan hubungan sosial. Ada aturan logis
yang menentukan operasi, mekanisme mental universal manusia.
Levi-Strauss tidak menyangkal bahwa peristiwa kehidupan
"nyata" campur tangan dalam dari sebuah mitos. Oleh karena
itu, ada hubungan yang kompleks antara aturan-aturan logis
dan rasional ini dan fakta-fakta keberadaan sosial (Lévi-Strauss,
2005).
Mitos merupakan sebuah tradisi secara turun temurun
diceritakan kepada generasi berikutnya, menjadi kepercayaan yang
tertanam kuat pada masyarakat suku Dayak Kalimantan Tengah,
dan menjadi kearifan lokal masyarakat suku Dayak. Suku Dayak
percaya dongeng yang diyakini secara turun temurun sebagai
cerita adattersebut sebagai sebuah adat keramat, sebab memiliki
petuah sebagai pedoman hidup. Manusia yang tidak percaya akan
keberadaan burung enggang sebagai panglima burung, sehingga
memburu dan membunuh burung enggang. Maka manusia
tersebut akan mendapat musibah atau mala petaka bagi pemburu
tersebut.
Mitos yang dipercaya masyarakat biasanya diabadikan
melalui lukisan oleh sekelompok masyarakat atau suku menjadi
sebuah produk budaya. Sebuah suku akan menggambarkan tokoh
atau hewan yang dianggap keramat sebagai lukisan yang memiliki
alur cerita dibagian dinding rumah atau menjadikan salah satu
tokoh sebagai tato dibagian tubuhnya. Seiring perkembangan
Makna Sosial Burung Enggang dalam Batik Masyarakat Dayak... | 9