Page 21 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 21
Masyarakat suku Dayak Kalimantan Tengah meyakini
keberadaan mitos burung enggang sebagai jelmaan dari pangkalima
burung (panglima burung), dan percaya terhadap hal-hal yang
mistis tentang burung enggang. Mitos merupakan bagian dari
kepercayaan pada cerita-cerita legenda suci, pada cerita legenda
tersebut terdapat wujud batara yang suci dan memiliki karisma
bagi masyarakat di suatu daerah. Sosok dewa tersebut harus
dihormati dan menjadi teladan agar masyarakat dilidungi dan
terhindar dari mala petaka. Danandjaja (Asep & Asma, 2015)
menjelaskan bahwa mitos merupakan cerita dari sebuah suku
yang dianggap keramat dan benar-benar terjadi serta diyakini
masyarakat daerah tersebut.
LeviStrauss menjelaskan bahwa cerita rakyat sebagai alur
utama, menjadi potongan-potongan adegan yang memuat
penjelasan terhadap sebuah cerita rakyat. Arti dari sebuah adegan
terkait dengan semua cerita yang rangkai pada keseluruhan kisah
(Howard, 1985). Levi-Strauss (Heiskala, 2011) menyatakan
bahwa para ahli antropologi seharusnya fokus pada cara kerja
menalar individu dan cara menelaah strukturnya. Pendapat
tersebut menunjukkan jika Levi-strauss berminat untuk
mempelajari tentang personalitas ketidak sadaran dari gejala sosial.
Levi-Strauss mempelajari asas-asas akal individu. Asas-asas akal
individu terlihat serta berproses ketika seseorang menggunakan
akalnya.
Mitos ada dua jenis yang berbeda. Kadang-kadang, para
antropolog telah mengumpulkan mitos yang terlihat lebih kurang
seperti potongan-potongan adegan dan disatukan, cerita yang
terputus ditempatkan satu demi satu tanpa ada hubungan yang
jelas di antara potongan-potongan cerita tersebut. Dalam kasus
lain cerita mitos yang sangat terhubung, semua dibagi menjadi
beberapa adegan saling terangkai satu sama lain dalam urutan
yang cukup logis (Lévi-Strauss, 2005).
8 | Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman