Page 169 - Gemilang Peradaban Islam
P. 169
jumlahnya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri
yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayubiyah
yang terakhir, Al-Malik Al-Saleh, mereka dijadikan pengawal
untuk menjamin kelangsungan keamanannya. Pada
penguasa, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam
karir ketentaraan maupun dalam imbalan-imabalan materil.
Pada umumnya mereka berasal dari daerah Kaukasus dan
Laut Kaspia.
Di Mesir mereka ditempatkan di Pulau Raudhah di
Sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan kenegaraan.
Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk
Bahr’i. Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu
adalah tentara yang berasal dari Suku Kurdi.
Ketika Al-Malik Al-Saleh meninggal (1249), anaknya
Turansyah naik tahta sebagai sultan. Golonngan Mamalik
merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada
tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M
Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars membunuh
Turansyah. Istri Al-Malik Al-Saleh, Syajarah, seorang seorang
yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha
mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepa-
katan golongan Mamalik itu.
Kepemimpinan Syajaruh Al Duur berlangsung sekitar
tiga Bulan. Ia kemudian kawin dengan salah seorang tokoh
Mamalik yang bernama Aybak dan meyerahkan tampuk
kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus
berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu
Aybak membunuh Syajarah Al-Durr dan mengambil
sepenuhnya kendali pemerintahan.
Pada mulanya Aybak mengangkat seorang keturunan
penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan Syar’i di
160 | Asep Solikin