Page 193 - Gemilang Peradaban Islam
P. 193
Ia meletakkan batu pondasi pembangunan kota baru
sebagai ibu kota pemerintahannya pada tahun 762 M.
Pemilihan Baghdad sebagai ibukota Dinasti
Abbassiyah yang masih muda ini didasarkan pada
pertimbangan faktor politis strategis dan faktor
geografis. Al-Mansur tidak memilih Damaskus, ibu kota
Dinasti Umayyah, karena di kota itu masih banyak
pendukung dinasti yang baru saja digulingkannya itu.
Demikian pula ia tidak memilih kota Bashrah dan Kufah,
karena di dua kota itu banyak pengikut Ali bin Abi
Thalib yang menjadi musuhnya, lagi pula letaknya jauh
dari Persia, padahal inti kekuatan yang mendukung
berdirinya Dinasti Abbassiyah adalah rakyat Persia.
4. Pembangunan Baghdad
Pemilihan kota Baghdad didahului suatu penelitian.
Al-mansur mengirimkan beberapa ahli, yang kemudian
tinggal beberapa hari di lokasi itu dalam musim yang
berbeda, untuk mengkaji dan meneliti keadaan tanah,
udara dan lingkungannya. Berdasarkan laporan
penelitian itu bahwa lokasi itu sangat baik letak
geografisnya, Al-Mansur menetapkannya sebagai
tempat ibukota pemerintahannya.
Untuk pembangunan kota Baghdad, Al-Mansur
mempekerjakan 100.000 orang ahli bangunan, terdiri
dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, pemahat, dan
pelukis yang didatangkan dari Suriyah, Mosul, Basra,
Kufah, Iran, dan daerah-daerah lainya. Biaya yang
dihabiskan sekitar 4.883.000 dirham. Kota Baghdad
dibangun berbentuk bundar, sehingga disebut dengan
kota Al-Munawarah. Di sekelilingnya dibangun dua
lapis tembok yang tinggi dan besar. Di luar tembok
184 | Asep Solikin