Page 277 - Gemilang Peradaban Islam
P. 277

Rabi’ah ‘Adawiyah

            “Kujadikan Engkau teman percakapan hatiku, tubuh kasarku
               biar bercakap pada insani, jasadku biar bercengkrama
                   dengan tulangku, isi hati tetap pada-Mu jua…”

                 Rabi’ah  Binti  Ismail  Al-Adawiah  dilahirkan  di  Basrah
            sekitar  tahun  95  H/713  M.  dan  meninggal  pada  tahun
            185/801. Ia di beri nama Rab’iah karena merupakan anak ke
            empat dari 3 puteri lainnya dalam keluarga. Ia berasal dari
            keluarga  miskin.  Bahkan  pada  waktu  Rab’iah  dilahirkan
            rumah  tangga  orang  tuanya  sedang  mengalami  krisis
            ekonomi  hingga  minyak  untuk  lampu  penerang  guna
            kelahirannya    tidak   dimiliki.   Kemiskinan    yang
            berkepanjangan  itu  membuat  Rabi’ah  berpindah  status
            menjadi seorang hamba sahaya.
                 Kehidupan  hamba  sahaya  penuh  dengan  penderitaan
            yang selalu datang silih berganti. Kemampuan Rabi’ah untuk
            menggunakan alat musik dan menyanyi di manfaatkan oleh
            majikan yang rakus dengan harta dunia. Rabi’ah sadar benar
            terhadap  dirinya  sebagai  hamba  sahaya  dan  diperas
            sedemikian  rupa  oleh  majikannya  membuat  ia  selalu
            meminta petunjuk dan bimbingan kepada Tuhan, dipagi hari
            dan di malam hari serta tidak pernah lupa setiap waktu. Ia
            yakin benar bahwa pada sewaktu-waktu pertolongan Tuhan
            akan  datang  jua  dan  Tuhan  tidak  akan  menyia-nyiakan
            hamba-Nya  yang  selalu  dalam  penderitaan  dan  selalu
            mendekat kepada-Nya.
                 Dalam suasana duka dan pedih dengan penderitaan dan
            himpitan  tugas  yang  diberikan  majikannya,  ia  sering
            mendapat  bisikan:  ”Jangan  engkau  bersedih  hati  karena
            kelak di kemudian hari orang orang dekat kepada-Ku akan
            cemburu melihat kedudukanmu”.

            268 | Asep Solikin
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282