Page 42 - False Information
P. 42
Secara khusus, manusia dapat mengidentifikasi informasi
palsu dengan akurasi antara 53% dan 78% di seluruh eksperimen
dengan berbagai jenis perilaku palsu, termasuk hoax, ulasan palsu,
dan berita palsu. Baik pembaca terlatih maupun biasa tertipu
sehingga mempercayai informasi palsu jika ditulis dengan baik,
panjang, dan dirujuk dengan baik. Selain itu,teknologi efekseperti
personalisasi konten dapat mengarah pada penciptaan ruang gema
ideologis, sehingga orang akan menerima informasi palsu yang
sama beberapa kali melalui saluran yang berbeda dan bahkan dapat
membuatnya menjadi "viral". Bias dalam konsumen informasi
(mis., Bias konfirmasi), kurangnya pendidikan, dan konsumsi
media yang rendah menyebabkan orang tertipu oleh informasi
palsu menganalisis lebih dari 126.000 informasi palsu yang
mengalir di Twitter selama 11 tahun dan menunjukkan bahwa
manusia bertanggung jawab atas penyebaran informasi palsu di
Twitter, bukan bot. Dengan menggunakan alat deteksi bot Twitter
BotOrNot, Situs web seperti Snopes dan Politifact secara eksplisit
menangani masalah ini dengan memverifikasi informasi dalam
siklus berita dengan bantuan pasukan pemeriksa fakta manusia.
Namun, pemeriksaan fakta manusia bisa memakan waktu dan
tunduk pada kelemahan manusia seperti subjektivitas dan dibatasi
oleh pengalaman sebelumnya (Ferrara et al., 2016b).
Peneliti telah membuat konsep berita palsu dengan banyak
cara, tetapi dengan arti yang hampir sama. menggambarkan berita
palsu sebagai informasi yang sengaja dibuat-buat yang diedarkan
untuk memberikan informasi yang salah dan menipu individu agar
menerima kebohongan atau fakta yang tidak pasti dan dapat
diverifikasi(McGonagle, 2017). Kategori informasi palsu sebagai
informasi yang meniru berita yang sah tetapi memiliki konten yang
salah dan menyesatkan (Duffy et al., 2019). Dalam penelitian kali
False Information | 37