Page 45 - False Information
P. 45
Hasil Penelitian
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa orang membagikan
informasi yang salah terkait dengan virus Ebola dengan tujuan
menawarkan solusi serta memperingatkan orang lain (Apuke &
Omar, 2020a). Karena berbagi informasi menjadi mudah di media
sosial, orang-orang beralih ke platform ini untuk memberi tahu
anggota keluarga, kenalan, dan orang lain tentang masalah penting
yang berpotensi memengaruhi kehidupan mereka. Semakin banyak
orang berbagi berita, semakin besar kemungkinan mereka
membagikan berita palsu jika mereka tidak waspada terhadap
kontennya. Tindakan penyebaran informasi palsu yang nyata telah
dilaporkan di bidang kesehatan. Penyebaran berita kesehatan yang
dipalsukan dapat membahayakan keselamatan orang, menunjukkan
bahwa orang dapat terpikat untuk mengambil tindakan pencegahan
palsu yang menyebabkan kerusakan kesehatan yang parah (Pulido,
Ruiz-Eugenio, et al., 2020).
Penelitian tentang penyebaran berita palsu muncul di era
pandemi COVID-19. Beberapa penelitian telah berusaha untuk
menyadari hubungan antara media sosial dan misinformasi di era
pandemi ini {(Hou, Du, Zhou, et al., 2020) (Huynh, 2020)}.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam beberapa bulan
terakhir, penyebaran berita palsu paling terkenal yang merusak
kesehatan adalah pandemi COVID-19 (Pennycook et al., 2020). Ini
mendukung pandangan yang berkembang bahwa konten palsu
tentang COVID-19 menjadi lebih menonjol di media sosial
(Frenkel et al., 2020). Juga telah diamati bahwa banyak orang
sekarang mencari informasi online yang mereka anggap
bermanfaat, yang mengarah ke berbagai konsumsi dan penyebaran
berita palsu (Huynh, 2020). Mengamati bahwa sejak COVID-19
40 | Laksminarti, Karyanti & Mita Sari