Page 16 - Bimbingan Klasikal Berlandaskan Falsafah Adil Ka’talino, Bacuramin Ka’saruga, Basengat Ka’jubata
P. 16
dirasakan oleh target sebagai tidak diinginkan, tindakan ketertarikan
seksual yang tidak timbal balik dan ofensif (Pina & Gannon, 2012).
Tong (Kurnianingsih, 2003) menyebutkan dua tipe pelecehan
seksual yaitu pelecehan seksual tipe koersif dan pelecehan seksual
tipe non koersif. Pelecehan seksual tipe koersif mencakup perilaku
seksual yang tidak senonoh, yang menawarkan keuntungan atau
ganjaran terhadap subjek yang dituju, dan/atau perilaku seksual
yang tidak senonoh, yang memberikan ancaman kerugian bagi
subjek yang dituju. Pelecehan seksual tipe non koersif merupakan
perilaku-perilaku seksual yang tidak senonoh yang hanya
menjengkelkan atau menyakitkan hati orang-orang yang dituju.
Faktor yang membedakan kedua tipe pelecehan di atas adalah
tujuan utama pelaku pelecehan, dimana pada tipe ke dua adalah
bukan untuk menjadikan perempuan memberikan pelayanan
seksual, melainkan hanya untuk menjengkelkan atau menyakitkan
hati subjek yang dituju.
Maltz (Hall & Hall, 2011) Pelecehan seksual yang tidak
termasuk sentuhan dan jenis pelecehan seksual lainnya dilaporkan
kurang sering tejadi, yang berarti jumlah anak yang telah
mengalami pelecehan seksual di masa kecil sebenarnya bisa lebih
besar. Oncale (Gruber & Fineran, 2008) pelecehan sesama jenis
melibatkan penggunaan ancaman seksual, ejekan, atau serangan.
Dampak Pelecehan Seksual
Menurt Long et al (Hall & Hall, 2011) Setelah bertahun-tahun
berpikiran negatif, korban memiliki perasaan tidak berharga dan
menghindari orang lain karena mereka percaya mereka tidak
memiliki apa pun untuk ditawarkan dan dibanggakan.
Bremner et al (Navalta et al, 2006) melakukan penelitian
dampak pelecehan seksual masa kanak-kanak pada status
neuropsikiatrik dan perkembangan kognitif dalam sampel berbasis
komunitas yang tidak dirujuk secara non-klinis. Remaja, usia 18
Bimbingan Klasikal Berlandaskan Falsafah
Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata 9