Page 11 - Bimbingan Spiritual Logoterapi Kearifan Lokal
P. 11

Bimbingan Spiritual: Logoterapi Kearifan Lokal

            membantu individu untuk mencapai perkem bangan optimal,
            walaupun dengan pemaknaan dan perspektif yang berbeda
            untuk masing-masing faham. Frankl memaknai transen-densi
            sebagai akumulasi pengalaman individu  yang bertendensi
            negatif dan positif, sehingga melahirkan kebermaknaan hidup;
            sedangkan Maslow memaknai trensendensi sebagai pencapaian
            aktualisasi diri (self actualization) oleh individu.

                Walaupun perspektif mereka berbeda, akan tetapi yang
            perlu  dicatat di sini adalah keberanian dan pencapaian
            ”kontemplasi”  mereka dalam  mengetengahkan  tentang  sisi
            keterbatasan  individu  dalam memahami peristiwa ataupun
            pengalaman yang dialami individu yang berada di luar jangkauan
            pemahaman inderawi dan nalar logik manusiawi. Dari pemahaman
            itu, pada akhirnya mendorong individu untuk meyakini hakikat
            ketuhanan, menyadarkan akan kelemahan yang dimilikinya, dan
            sekaligus menjadi motivasi untuk mengembangkan potensi diri
            secara proporsional.
                Faham-faham yang dilontarkan para tokoh aliran fenomeno-
            logis-eksistensial tersebut secara langsung membantah pandangan
            psikoanalitik yang cenderung memandang individu dari sudut
            negatif dengan sifat-sifatnya yang pesimisitik, deterministik, dan
            juga penuh kecemasan; begitupun behavioristik yang memandang
            individu mekanistik yang dapat diubah dengan formula S-R
            (Stimulus dan Respon). Faham ini seolah menyadarkan individu
            tentang hakikat hidup dan potensi diri yang sesungguhnya masih
            banyak yang belum terungkap, sehingga mengantarkan individu
            untuk meyakini terhadap suatu kekuatan yang berada di luar
            jangkauan dan kekuatan diri mereka.
                Nilai-nilai  spiritualitas  dalam  kehidupan individu
            menjadi urgen karena pada diri  individu  terdapat  potensi
            dan kecenderungan yang berorientasi pada obyek pemikiran
            dan kontemplasi  pada  realitas di luar  wilayah materi yang
            bersifat fisik (Hidayat, 2002). Kecenderungan ini membawa
            pada suatu kesadaran diri (self awareness) tentang kelebihan
            dan kelemahan diri, dan keterbatasan aspek-aspek inderawi
             4
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16