Page 167 - Bimbingan Spiritual Logoterapi Kearifan Lokal
P. 167

Bimbingan Spiritual: Logoterapi Kearifan Lokal

            hidup  itu juga mendasarkan pandangannya atas kenyataan
            bahwa dalam hidup itu tidak ada kebahagiaan sejati. Setiap
            gambaran mengenai kebahagiaan adalah  palsu,  sebab
            kebahagian itu sendiri adalah palsu. Suatu lukisan mengenai
            kebahagian menarik hati hanya selama lukisan itu masih ada
            di masa depan yang belum terwujud, atau malah di masa lalu
            yang diromantiskan dan didambakan kembalinya sebagai
            nostalgalik. Orang pun terdorong dan tergerak jiwa raganya
            dalam  usaha  mewujudkan  lukisan  kebahagiaan  tersebut.
            Tetapi segera setelah suatu usaha mewujudkannya dianggap
            selesai dan tujuan  tercapai,  mulailah  kekecewaan  demi
            kekecewaan timbul,  dan proses  pun berulang  kembali. Ini,
            menurut kaum pesimis,  pada peringkat pribadi  dibuktikan
            oleh berbagai pengalaman  dengan berbagai usaha dalam
            hidupnya,  dan pada  peringkat  sosial dan umum  dibuktikan
            oleh pengalaman berbagai kelompok manusia dengan
            revolusi-revolusi mereka sendiri, termasuk revolusi komunis.
            Maka adigum bahwa revolusi selalu  memakan anak  sendiri
            adalah suatu moto sederhana belaka.
                Karena kebahagian adalah semu dan palsu, maka manusia
            adalah makhluk yang sengsara. Jadi,  untuk  apa hidup?
            Mungkin saja ada orang yang merasa bahagia,  tetapi dapat
            dipastikan jumlahnya sedikit sekali, dan kebahagiaannya
            pun tidak langgeng.  Malah  menurut kaum pesimis,  justru
            kebahagiaan  sejumlah amat  kecil orang itu, jika benar ada,
            adalah sumber kesengsaran orang banyak. Tidak dari sudut
            pandangan  bahwa  untuk  bahagia  itu  mereka  memeras
            orang banyak, tetapi kebahagian itu menjadi  iming-iming
            orang lain yang tak akan pernah terwujud. Maka  terjadilah
            keteringkaran,  atau  deprivasi. Dan  keteringkaran  itulah
            sendiri adalah kesengasaraan.
                Argumen lain kaum pesimis dalam mentafsirkan makna
            dan  tujuan  hidup  adalah  definisi  negatif  mereka  tentang
            kebahagiaan.  Kata  mereka,  jika  toh kebahagiaan  itu  ada,
            maka  paling  jauh  hanya  bisa  didefinisikan  secara  negatif:

             160
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172