Page 169 - Bimbingan Spiritual Logoterapi Kearifan Lokal
P. 169

Bimbingan Spiritual: Logoterapi Kearifan Lokal

            seharusnya berbunyi mati lebih menyenangkan, atau kurang
            menakutkan,  dari pada  hidup. Tetapi  pernyataan  mereka
            sendiri,  adalah  justru  paling  tegas dalam  melihat  kematian
            sebagai  kesengasaraan  final  yang  secara  ironis  mutlak  tak
            terelakan oleh manusia hidup. Lebih dari itu, kaum pesimis
            pun melihat pembunuhan yakni tindakan  sengaja mematikan
            orang  lain adalah suatu tindakan kejahatan.

                Maka,  pertanyaan  mendasar kepada  mereka  adalah,
            mengapa  kematian  disebut sebagai kesengsaraan?  Jawab
            yang logis, tentunya, ialah bahwa hidup,  bagaimana pun,
            adalah  lebih  baik   dari pada mati.  Maka  menghidupkan
            atau  menghidupkan  orang  lain  adalah  lebih  baik  dari pada
            mematikannya. Kenyataan  yang umum pada setiap orang
            adalah  bahwa pandangan  bahwa hidup itu  cukup  berharga,
            sekurang-kurangnya sebelum ia menyadari bahwa ia akan
            berakhir dengan kematian. Kesadaran akan pasti datangnya
            kematian  yang  membuat  setiap  kegiatan  menjadi supra  itu,
            bagi sementara orang, memang bisa membuat  sementara
            orang putus asa begitu  rupa sehingga akan menghalangi
            kemungkinannya melakukan tindakan bermakna  dalam
            hidupnya. Tetapi keputusasaan adalah  bukanlah  suatu
            kemestian mutlak yang tak terhindarkan. Ia bisa dihindari, dan
            kebanyakan orang memang dapat melakukannya. Sedangkan
            sikap  berlarut-larut  dan tenggelam  dalam   keputusasaan
            adalah  suatu  gejala  sakit  (psikopatologis)  dan tidak  wajar.
            Dalam kewajaran, yaitu sebagaimana terjadi pada umumnya
            orang, bahkan ketika seseorang merasa kurang mampu pun
            biasanya masih bisa sedapat-dapatnya mewujudkan keinginan
            atau cita-citanya. Ini cermin adanya harapan, dan harapan itu
            bertumpu kepada pandangan bahwa hidup itu cukup berharga
            untuk dijalani dengan penuh minat dan sungguh-sungguh.
                Karena itu di balik argumen kaum pesimis pun, tanpa
            mereka sadari, masih terselip pandangan bahwa hidup ini
            cukup berharga, karena mempunyai makna dan tujuan.
            Tujuan hidup adalah memperoleh kebahagiaan, betapa

             162
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174