Page 289 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 289
kejam itu,” “Pergilah, letakkan tasmu di bawah pohon,” kata
Fudhail.
Tanpa berpikir panjang, pemuda itu pun menurut dan
meletakkan tasnya persis di bawah pohon di dekat Fudhail,
dan kemudian kembali ke barisan rombongannya yang telah
dicegat para perampok. Nyata saja, semua barang bawaan
mereka telah dijarah. Anehnya, ia melihat Fudhail
berkumpul dengan para perampok sambil membagi-bagikan
barang jarahan mereka.
“Malang benar nasibku, menitipkan tas pada seorang
pencuri!” gumam pemuda itu
Melihat pemuda itu dari kejauhan, Fudhail menyapanya.
“Ambil tasmu dan pergilah!” Sang pemuda kemudian
bergegas ke tempat di mana ia menyimpas tas,
mengambilnya lalu pergi.
Rekan-rekan Fudhail protes, “Wahai pemimpin kami
yang mulia, mengapa kau bebaskan tas itu, padahal di
rombongan itu kami tidak menemukan uang satu dirham
pun.” “Pemuda itu berprasangka baik padaku, dan aku
berprasangka baik pada Tuhanku.” “Bagaimana mungkin
kau masih mempercayai Tuhan, sementara keseharianmu
mencuri!” sindir salah satu anggota kelompok pencuri.
Fudhail tersenyum, “Sungguh, aku menantikan
anugerah yang lebih besar daripada limpahan harta ini. Aku
ingin Tuhan menganugerahkanku ketentraman batin.” Ujar
Fudhail menjelaskan.
Esok harinya mereka mencegat rombongan lain dan
menjarah barang-barangnya. Ketika mereka sedang duduk
menikmati makanan, seorang lelaki dari rombongan itu
mendekati mereka.
276 | Asep Solikin