Page 293 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 293
BERKAH SEBUAH KETAKWAAN
“Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama
enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga
sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada
orang yang berhak.”
Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat
lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama
menuntut ilmu, sang syaikh menasihati dia dan teman-
temannya, “Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain.
Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya
kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam
dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan
pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu
ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan
tersebut.”
Maka, pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya
bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan
ayahku?” Sambil bergetar ibunya menjawab, “Ayahmu sudah
meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Si
pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu
selalu mengelak. Namun, akhirnya si ibu terpaksa angkat
bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu
dulu seorang pencuri!”
Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami -
murid-muridnya- untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya
dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan
pekerjaan tersebut.”
Ibunya menyela, “Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri
itu ada ketakwaan?” Kemudian anaknya yang begitu polos
menjawab, “Ya, begitu kata guruku.” Lalu dia pergi bertanya
280 | Asep Solikin