Page 290 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 290
“Siapa pemimpin kalian?” tanyanya.
“Ia tidak bersama kami,” jawab para perampok. “Ia ada
di balik pohon di tepi sungai, sedang shalat.”
“Tapi ini bukan waktunya shalat,” kata lelaki itu.
“Ia sedang melakukan ibadah Sunah,” seorang
perampok menjelaskan.
“Dan ia tidak makan bersama kalian?” lelaki itu kembali
bertanya.
“Ia sedang puasa,” jawab para perampok.
“Tapi sekarang kan bukan bulan puasa,”
“Sunah juga.”
Lelaki itu begitu terheran-heran, dan segera mendekati
Fudhail yang sedang shalat. Lelaki itu menunggu hingga
Fudhail selesai shalat, lalu ia berkata, “Apa yang berlawanan
tidak akan bisa bercampur. Bagaimana bisa seseorang bisa
puasa dan merampok, shalat dan menyakiti hati orang lain
pada saat bersamaan?”
Fudhail melihat lelaki itu, perlahan ia meneteskan
mutiara kecil di pipinya, dan berkata, “Mungkin itulah yang
dimaksudkan Allah dalam firman-Nya ‘Dan ada pula orang-
orang yang mengakui dosa-dosa mereka, namun masih
mencampuradukkan pekerjaan yang baik dan pekerjaan lain
yang buruk,’” (Qs. At-taubat: 102)
Lelaki itu heran dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
Abu Ali al Fudhail ibnu Iyadh al Talaqani merupakan
seorang sufi yang lahir di Khurasan. Sebelum menjadi sufi,
banyak riwayat menyebutkan bahwa ia adalah seorang
perampok kelas kakap.
Bibliosufistik | 277