Page 298 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 298
TOBATNYA SANG SUFI
“Aku tidak akan menjumpai Tuhanku, kecuali berkaki
telanjang, dan aku akan melakukannya hingga ajal
menjemputku,”
Sang sufi bernama Bisyr bin al-Harits al-Hafi adalah
pribadi yang sangat dikagumi berbagai kalangan, baik ulama
atau umara. Ahmad bin Hanbal sangat kagum dengan
kepiawaiannya di bidang hadis. Khalifah al-Ma’mun
menghormati kepakarannya dalam ilmu agama. Akan tetapi,
tak ada yang pernah menduga bahwa sosok yang juga
dikenal dengan Abu Nashr itu, pernah melewati masa-masa
kelam sepanjang hidupnya. Ia dikenal sebagai berandal dan
preman. Hari-harinya diisi dengan berfoya-foya, bermabuk-
mabukan, dan kerap berbuat onar, serta mendengarkan
musik ditemani para budak-budak wanita.
Hingga suatu ketika, pada malam hari, saat ia berjalan
sendirian terhuyung-huyung akibat pengaruh minuman
keras, tiba-tiba ia melihat secarik kertas, lalu mengambilnya.
Ternyata di atas selembar kertas itu, tertuliskan lafal
basmalah. Ia kemudian membeli minyak mawar seharga dua
dirham dengan sisa uang yang ia miliki. Ia percikan
parfumnya itu ke kertas tersebut lantas membawa dan
menyimpannya di rumah.
Sesampainya di rumah, Bisyr tertidur. Di tengah-tengah
tidur lelapnya, ia bermimpi mendengar suara yang sangat
jelas, tanpa tahu secara pasti siapa sumber suara itu dan
berkata, “Engkau telah mengharumkan nama-Ku maka Aku
pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan
nama-Ku maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau
telah menyucikan nama-Ku, maka Aku pun telah
Bibliosufistik | 285