Page 300 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 300
“Bukan, bukan, saya adalah seorang hamba,” ujarnya dengan
kondisi kaki bertelanjang, tanpa alas apa pun.
Ia kembali ke rumahnya dan berpamitan kepada
koleganya. “Sahabat, aku dipanggil, oleh karena itu aku harus
meninggalkan tempat ini. Selamat tinggal! Kalian tidak akan
pernah melihat diriku lagi dalam keadaan yang seperti ini.”
Sejak itulah, Bisyr berubah dan menjadi pribadi yang
saleh dan bertakwa. Ia tak pernah melalaikan kewajiban
beribadah kepada-Nya. Saking khusyuk shalat, ia bahkan
kerap beribadah tanpa alas kaki, ia pun dijuluki “si manusia
berkaki telanjang.” Sewaktu ditanya, mengapa ia
melakukannya, Bisyr menjawab, “Aku tidak akan menjumpai
Tuhanku, kecuali berkaki telanjang, dan aku akan
melakukannya hingga ajal menjemputku,” katanya.
Bisyr meninggalkan dunia kelam dan mendalami ilmu
agama. Ia menekuni hadis di Baghdad dan menggeluti olah
spiritual, tasawuf. Pembersihan diri dan penyucian hati telah
menempatkannya dalam posisi yang terhormat di sisi-Nya.
Bisyr pun terkenal mempunyai sejumlah karamah.
Pernah suatu ketika seorang preman mengancam
perempuan dengan pisau yang terhunus di leher. Tak ada
yang berani mendekat. Tiba-tiba Bisyr mendekap si preman
dari belakang, lalu tersungkurlah preman tersebut dengan
keringat yang mencurus deras. Ia tak berdaya.
Warga mengerumuni sang preman dan menanyakan,
apa yang membuatnya terkapar. “Siapa sosok orang saleh
tadi? Ia membisikkan di telingaku bahwa Tuhan selalu
mengawasi. Seketika, sendi-sendiku gemetar, aku
tersungkur.” Warga menjelaskan bahwa sosok yang ia
maksud adalah Bisyr.
Bibliosufistik | 287