Page 304 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 304

TAUBAT SEORANG PEMUDA DAN BERKAH
                                     DOA PENGEMIS


                   “Ya Syibli, telah ada yang menyelesaikan urusannya.
                  Jenazahnya telah dirawat malaikat. Hendaklah engkau
                banyak beribadah kepada Allah dan bersedekah. Pemuda itu
                  tidak sampai kepada kedudukannya seperti itu, kecuali
                        karena suatu sedekahnya di suatu hari…”
                   Suatu hari, seorang ulama sufi asal Baghdad, Irak, Dalf
               bin Jahdar Asy-Syibli, atau yang karib dipanggil Abu Bakar
               Asy-Syibli sedang berkeliling ke sebuah desa. Sahabat karib
               Junaid al-Baghdadi  ini kemudian  melihat seorang  pemuda
               berperawakan kurus, baju kumal dengan rambut terurai.
                   Pemuda  itu  sedang  duduk  di  antara  kubur  dan
               meletakkan  pipinya  di  tanah.  Air  matanya  terus  mengalir
               membasahi  wajahnya,  mulutnya  tak  berhenti  berzikir
               mengucap  tasbih,  tahmid,  tahlil  dan  istighfar.  Sesekali  ia
               menengadahkan  wajahnya  ke  langit.  Abu  Bakar  Asy-Syibli
               penasaran  dengan  pemuda  itu  sehingga  ia  berusaha
               menghampirinya.  Namun,  melihat  kedatangan  Syibli,  sang
               pemuda lari menghindar. Syibli pun berupaya mengejarnya,
               akan  tetapi  terus  tertinggal.  Hingga  akhirnya  ia  berujar:
               “Perlahan-lahan, wahai waliyullah!!”
                   Sang pemuda hanya berkata: “Allah”
                   Syibli kembali memanggil: “Demi Allah, sabarlah engkau
               menantiku!!”
                   Sang pemuda hanya mengisyaratkan penolakan dengan
               tangannya,  seraya  kembali  menyeru:  “Allah”  Nyaris  putus
               asa untuk menghentikan pemuda itu, Syibli lantas berkata:
               “Jika  benar  apa  yang  engkau  katakan,  maka  tunjukkan


                                                       Bibliosufistik | 291
   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308   309