Page 308 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 308

berbakat, Waliban bin Al-Hubab dan Khulaf Al-Ahmar. Ia pun
               belajar Al-Qur’an dan Hadist secara tekun seperti lazimnya
               anak-anak pada masa itu.
                   Kepenyairannya  telah  mempengaruhi  jalan  hidupnya.
               Sungguh  pun  sejak  kecil  mendapat  ganjaran  agama  yang
               baik,  ternyata  Abu  Nawas  tampil  sebagai  seorang  penyair
               yang  “hura-hura”.  Ia  salah  seorang  penganut  faham
               hedonisme,  yaitu  faham  yang  lebih  mengutamakan
               kesenangan dunia semata-mata. Lidahnya sering terpeleset.
               Tidak segan-segan Abu Nawas mempelesetkan ayat-ayat Al-
               Qur’an.  Dia  pun,  karena  ulahnya  itu  pernah  diajukan  ke
               pengadilan, karena tuduhan menghina Al-Qur’an. Salah satu
               bait  syair  yang  dinilai  menghujat  Al-Qur’an  itu  adalah
               sebagai berikut:
                   Biarlah  mesjid-mesjid  itu  dipenuhi  oleh  orang  yang
                   shalat
                   Ayolah kita minum khamer sepuasnya

                   Tuhan pun tak pernah mengatakan “Neraka Wail bagi
                   para pemabuk”
                   Tuhan hanya berfirman “Neraka wail bagi orang yang
                   shalat”.
                   Dengan  sikapnya  yang  keterlaluan  itu  menimbulkan
               kemarahan umat. Abu Nawas dipandang telah melecehkan
               agama dan akan dijatuhi hukuman mati. Beruntunglah pada
               saat  itu  khalifah  yang  berkuasa,  Harun  Al-Rasyid  yang
               bijaksana  memberi  grasi  pada  Abu  Nawas  dan  masih
               memberikan kesempatan taubat.
                   Abu  Nawas  termasuk  seorang  penyair  yang  bergajul,
               namun pada akhir hayatnya ia bertaubat dari segala dosa-
               dosanya. Ia mengaku secara tulus di hadapan Tuhan tentang



                                                       Bibliosufistik | 295
   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313