Page 312 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 312
tidak kuat untuk menanggung bebas siksa yang akan
dijalaninya di neraka. Satu kesadaran bahwa dia benar-
benar banyak dosa dan satu pengakuan bahwa dia tidak akan
kuasa menerima siksa. Lantas, apakah yang bisa dilakukan
oleh seorang Abu Nawas dalam kondisi seperti itu?
Taubat! Kembali ke jalan yang benar, menyesali dengan
kesungguhan hati akan segenap dosa-dosa yang pernah ia
perbuat, dan juga mengharap sangat akan kemurahan hati
Allah untuk bisa mengampuni dosa-dosanya itu. Dan
memang seperti itulah, dalam taubat ada suatu pengharapan
besar akan kewelas-asihan Allah untuk bisa menerima
taubatnya dan untuk bisa memberi maaf terhadap dosa-
dosanya. Kepada siapa lagi sang pendosa mengharap
pemberian ampun terhadap dosa-dosanya selain kepada
Allah, Sang Maha Pengampun. Kepada siapa lagi sang
durjana itu mengharap belas kasih untuk menghapuskan
dosa-dosanya kecuali kepada Allah, Sang Maha Pengasih?
Dosa sebesar, seberat, setinggi, seluas dan setumpuk
apapun, selagi seorang hamba mau dengan tulus ikhlas dan
niat benar-benar bertaubat kepada Allah, pasti Allah akan
menerima taubat seorang hamba tersebut. Bahkan
seandainya dosa yang telah dimiliki oleh seorang hamba itu
sudah tidak bisa lagi dihitung dengan bilangan, tidak bisa
diukur dengan tinggi dan lebar, atau tidak bisa lagi diimbangi
dengan ukuran berat badan, selagi dia dengan sungguh-
sungguh datang dan menghadap kepada Allah dengan
membawa sejuta penyesalan dan beri’tikad untuk benar-
benar taubat pasti Allah akan menerima pertaubatan
seorang hamba tersebut. Allah adalah Maha Pengampun. Dia
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Sekali-kali Dia tidak
pernah menutup apalagi mengunci pintu maafnya bagi
orang-orang yang benar-benar ingin mengetuknya.
Bibliosufistik | 299