Page 314 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 314

Abu  nawas  sadar  bahwa  hari  demi  hari  telah
               menjadikan  dia  semakin  dekat  dengan  kematian.  Semakin
               hari  dia  semakin  dekat  dengan  tempat  tujuan  akhir  dari
               perjalanan  hidupnya.  Tetapi,  semakin  jauh  dia  melangkah
               mendekati tempat tujuan akhir perjalanan tersebut, ternyata
               semakin  banyak  pula  telapak-telapak  dosa  yang  dia
               tinggalkan.  Umurnya  semakin  berkurang  setiap  hari,
               sementara  dosanya  semakin  bertambah  setiap  detik.
               Bagaimanakah dia harus menanggung beban dosanya kelak
               di hari Kiamat?

                   Oh  Tuhan,  sepenuhnya  aku  sadar  akan  banyaknya
               dosaku. Aku adalah seorang hamba pendosa, seorang hamba
               laknat  yang  durjana  dipenuhi  lumpur-lumpur  dosa,  kini
               telah datang dengan perasaan malu tak terkira. Aku datang
               pada-Mu  dengan  memikul  berat  beban  dosa  yang
               membuatku terseok-seok dalam perjalanan menuju tempat-
               Mu. Aku datang pada-Mu dengan keadaan diri masih kotor,
               dengan segenap jiwa yang masih belum bersih dan dengan
               roh  dimana  nafas-nafasnya  sekali  menghembuskan  bau
               busuk  dosa.  Aku  datang  pada-Mu  bersama  simbahan  air
               mata  yang  walau  dengan  itu  Kau  tak percaya.  Aku  datang
               bersama jeritan hati yang selalu meronta-ronta di pagi hari.
               Aku  yang  memanggil-manggil  nama-Mu  di  sore  hari,  yang
               selalu  melantunkan  jeritan-jeritan  penyesalan  di  malam
               hari.  Aku  datang  pada-Mu,  tuhan  dengan  sebuah  sujud
               sebagai  ras  hinakupada-Mu.  Aku  datang  pada-Mu  dengan
               hamparan     sajadah   yang   mungkin     dengan    itu
               bisamenerbangkan aku ke tempat-Mu. Aku datang pada-Mu
               dengan  membawa  butiran-butiran  biji  tasbih  yang  dengan
               itu aku sebut nama-Mu.
                   Aku datang pada-Mu, Tuhan. Mengetuk pintu maaf-Mu
               dan  mengharapkan  pengkabulan  pertaubatanku.  Tuhan,
               sekiranya  engkau  tidak  mau  membukakan pintu  maaf-Mu,

                                                       Bibliosufistik | 301
   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319