Page 311 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 311

Berapa banyak pahala shalat yang telah kita kumpulkan,
            sementara itu  berapa  banyak pula kenikmatan Allah  yang
            diberikan  secara  cuma-cuma,  bahkan  tanpa  diminta  yang
            berupa  udara yang setiap  detik  kita  hirup. Berapa  banyak
            telah  kita  kumpulkan  pahala-pahala  puasa,  zakat,  haji,
            bersedekah,  berbuat  baik  terhadap  orang  lain,  mengaji,
            mengajar dan berbakti kepada orang tua tapi betapa banyak
            pula karunia Allah yang telah kita peroleh yang berupa hidup
            dengan segenap fasilitasnya yang semuanya diperuntukkan
            buat  kita.  Sungguh  itu  tidaklah  sebanding.  Dan  hal  itu
            disadari sungguh oleh Abu Nawas. Dalam hati yang peling
            tulus  dia  mengakui  betul  bahwa  dia  bukanlah  seorang
            hamba yang pantas menghuni tempat surga itu, yang walau
            dia  mempunyai  pahala  sebanyak  lautan  dan  sebesar
            pegunungan.
                 Suatu  saat  Nabi  bersabda,  ”Kalian  tidak  masuk  surga
            lantaran amal perbuatan kalian!”
                 “Tidak juga kau, Nabi?” tanya salah satu sahabat.

                 “Aku  juga  tidak,  kecuali  aku  masuk  surga  dengan
            lantaran rahmat-Nya”.
                 Banyaknya pahala ternyata tidak bisa menghantarkan
            seorang  hamba  untuk  bisa  memasuki  surga.  Banyaknya
            pahala  ternyata  bukanlah  satu-satunya  jaminan  yang  bisa
            dibanggakan untuk mendapatkan kenikmatan surga. Lantas,
            pantaskah  kita  yang  masih  banyak  bergaul  dengan
            kamaksiatan  dan  selalu  bergumul  dengan  kesalahan  itu
            menduduki  tempat  yang  dijanjikan  oleh  Allah  untuk  para
            kekasih-Nya itu?
                 Satu sisi Abu Nawas sangat menyadari bahwa dirinya
            bukanlah orang yang ideal untuk masuk surga, tetapi pada
            sisi yang  lain pun ia  sadar  dengan  sepenuhnya bahwa  dia


            298 | Asep Solikin
   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316