Page 36 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 36
hidupnya hanya sedikit dan ia tidak meminta kecuali hanya
untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya.
Bahkan ia tidak meminta sungguhpun ia tidak punya. Ia tidak
meminta tapi tidak menolak pemberian Tuhan.
Al-faqr adalah tidak menuntut lebih banyak dari apa
yang telah dipunyai dan merasa puas dengan apa yang sudah
dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain. Sikap
mental al-faqr merupakan benteng perubahan yang kuat
dalam menghadapi pengaruh kehidupan materi. Sebab sikap
mental ini akan mrnghindarkan diri dari keserakahan.
Dengan demikian pada prinsipnya, sikap faqr meupakan
rentetan sikap zuhud. Hanya saja, zuhud lebih keras
menghadapi kehidupan duniawi, sedangkan faqir hanya
pendisiplinan diri dalam mencari dan memanfaatkan
fasilitas hidup.
Faqr dapat berarti kekurangan harta yang diperlukan
seseorang dalam menjalani kehidupan di dunia. Sikap faqir
penting dimiliki orang yang berjalan menuju Allah, karena
kekayaan atau kebanyakan harta memungkinkan manusia
untuk dekat pada kejahatan, dan sekurang-kurangnya
membuat jiwa menjadi tertambat pada selain Allah.
Fase kelima adalah sabar. Syaikh Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah
meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah,
menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta
menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam
menghadapi takdir Allah.” (Syarh Tsalatsatul Ushul).
Ia sabar bukan hanya dalam menjalankan perintah-
perintah Tuhan yang berat dan menjauhi larangan-
larangan Tuhan yang penuh godaan, tetapi juga sabar dalam
menerima percobaan-percobaan berat yang ditimpakan
Tuhan kepadanya. Ia bukan hanya tidak meminta
Bibliosufistik | 23