Page 38 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 38

Abu  Mu’thy  Balkhy  berkata  kepada  Hatim  alAshom:
               “Betulkah engkau berjalan  tanpa  bekal  di  hutan ini  hanya
               semata-mata bertawakal? Jawabnya: “Tidak, aku bepergian
               jauh pasti berbekal”, “Lalu apa bekalnya? Jawabnya: “Empat
               perkara  bekalku,  yaitu  Aku  yakin  bahwa  dunia  seisinya
               adalah milik allah SWT, Semua makhluk adalah hamba-Nya,
               Segala usaha/bekerja adalah semata hanya faktor penyebab
               saja,  sedangkan  rizqi  ada  di  tangan  Tuhan,  dan  aku  yakin
               bahwa: “Ketentuan-Nya pasti berlaku bagi semua makhluk”
                   Fase ridla. Pada tahap tertinggi ini ia tidak menentang
               percobaan dari Tuhan bahkan ia menerima dengan senang
               hati. Ia tidak minta masuk surga dan dijauhkan dari neraka.
               Di  dalam  hatinya  tidak  ada  perasaan  benci,  yang  ada
               hanyalah perasaan senang. Ketika malapetaka turun, hatinya
               merasa senang dan di dalamnya bergelora rasa cinta kepada
               Tuhan. Di sini ia telah dekat sekali dengan Tuhan dan iapun
               sampai ke ambang pintu melihat Tuhan dengan hati nurani
               untuk  selanjutnya  bersatu  dengan  Tuhan.  Karena  stasion-
               stasion tersebut di atas baru merupakan tempat   penyucian
               diri bagi orang yang memasuki jalan tasawuf, ia sebenarnya
               belumlah menjadi sufi, tapi baru menjadi zahid atau calon
               sufi.  Ia menjadi sufi setelah sampai ke stasion berikutnya
               dan memperoleh pengalaman-pengalaman tasawuf.












                                                        Bibliosufistik | 25
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43