Page 62 - BK PRIBADI SOSIAL Biblioterapi, Melalui Kisah Pribadi Diasah
P. 62

dorongan-dorongan  lainnya.  Ia  menolak mencari  asal-usul
               agama  yang  patologis  dan  memusatkan  perhatian  kepada
               ungkapan keberagamaan dalam berbagai ragamnya. James
               merumuskan kriteria untuk menilai agama: “Dari buahnya,
               kamu akan kenal mereka, bukan dari akarnya”. Ia tidak mau
               membahas agama seperti yang dijalankan oleh orang-orag
               awam,  karena  agama  mereka  diperoleh  melalui  tangan
               kedua  seperti  tradisi,  imitasi,  dan  kebiasaan.  Pada  diri
               mereka,  agama  tidak  lagi  menjadi  kebiasaan  yang
               membosankan, tetapi menjadi demam yang menggetarkan.

                   James menandai sikap beragama sebagai kepercayaan
               akan adanya ketertiban tak terlihat dan keinginan kita untuk
               hidup  serasi  dengan  ketertiban  ini.  Hubungan  manusia
               dengan  realitas yang  tak terlihat, agama, mempunyai  efek
               kepada kehidupan individual. Ia akan mengaktifkan energi
               spiritual  dan  menggerakan  karya  spiritual.  Agama
               menggairahkan  semangat  hidup,  meluaskan  kepribadian,
               memperbarui  daya  hidup,  dan  memberikan  makna  dan
               kemuliaan pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang
               yang beragama akan mencapai perasaan tentram dan damai.
               Cinta mendasari seluruh kehidupan interpersonalnya. Selain
               itu  CG.  Jung  berpendapat  tentang  hal  ini.  Dalam
               mengungkapkan  agama  mempu  nyai  kecenderungan
               spiritual  sejak  masa  kecilnya.  Ia  melaporkan  pengalaman
               religius  yang  dialaminya  ketika  ia  masih  kecil.  Ia
               menganggap  agama  sebagai  neourosis  obsesif  dengan
               menunjukkan  bahwa  perspektif  agama  dapat  berperan
               positif dalam penyembuhan psikologis. Seperti Buddhisme,
               ia  mempersoalkan  eksistensi  Tuhan  dan  institusi
               keagamaan. Ia mencurahkan perhatiannya pada bagaimana
               kesadar-an akan yang batin membantu orang dalam proses
               individuasi.


                                         51
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67