Page 169 - Catatan Peradaban Islam
P. 169

Dinasti  yang  didirikan  Mu’awiyah  di  Damaskus  pada
            tahun 41 H. adalah sebuah perubahan sejarah baru dalam
            kepemerintahan  umat  Islam  saat  itu.  Karena  dengan
            berdirinya  pusat  pemerintahan  Islam  yang  baru  tersebut
            berarti bergeserlah pusat pemerintahan dari Madinah yang
            telah  menjadi  kota  pemerintahan  Islam  sejak  jaman  rasul
            dan para khalifah rasyidun ke Damaskus adalah usaha untuk
            mencoba menancapkan imperium bari Islam yang ia bangun
            dari  awal.  Mengenai  perpindahan  ibu  kota  Islam  tersebut
            tidaklah  mudah  baginya  dalam  melaksanakan  semua  itu.
            dengan  melaui  proses  yang  sangat  panjang  serta  strategi
            politik yang hebat yang diterapkan oleh Mu’awiyah. Usaha
            ini  ia  lakukan  adalah  karena  pengalaman  politiknya  yang
            baik  dalam  masa  jahiliyah  yang  cukup  lama,  bahkan  dari
            masa Rasulallah sampai khalifah yang terakhir khalifah Ali
            Bin Abi Thalib.

                 Ia  mencapai  banyak  kemajuan  dan  keberhasilan  saat
            memerintah  daulah  ini.  Kemajuan  ini  tampaka  terutama
            setelah penaklukkan sejumlah kota penting di Asia Tengah,
            seperti Kabul, Heart dan Gazna. Maka proses pertama kalia
            yang  ia  jalankan  setelah  berhasil  melebarkan  sayap
            kekuasaan  Islam  adalah  dengan  membangun  sistem
            pemerintahan  yang  teratur.  Ia  mendirikan  departemen
            pemerin-tahan     yang    mengurus     masalah-masalah
            kepentingan umat, seperti pelayanan pos, pembagian tugas
            pemerintahan  pusat  dan  daerah,  pemungutan  pajak,  dan
            pengang-katan gubernur-gubernur di daerah.
                 Untuk duduk dalam jabatan tersebut ada proses yang
            sangat  panjang  yang  mesti  ia  lakukan;  bermula  dengan
            terbunuhnya khlaifah Usman bin Affan dan digantikan oleh
            Ali  bin  Abi  Thalib.  Pada  awalnya  Mu’awiyah  mempunyai
            ambisi  untuk  menggantikan  Usman  setelah  kudeta  yang

            162 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174