Page 191 - Catatan Peradaban Islam
P. 191
dunia, menolak akan kemegahannya, semata menuju
kepada Allah, tawakal, khauf, dan raja (pengharapan)
tidaklah terpisah.
I. Wilayah Kekuasaan Muawiyah
Bersamaan dengan meninggalnya khalifah Ali Bin Abi
Talib maka hilang sudah sistem pemerintahan yang bersifat
demokratis. Bentuk pemerintahan berubah menjadi dinasti
kerajaan yang dapat diwariskan secara turun temurun.
Dinasti Umayah sejak dahulu sangat berambisi untuk duduk
di kursi kekuasaan. Oleh karena itu, mereka melakukan
segala cara, dengan siasat dan tipu muslihat yang licik.
Kedudukannya sebagai khalifah tidak berdasarkan
musyawarah dan kesepakatan kaum muslimin. Jabatan raja,
menjadi semacam benda pusaka yang dapat diwariskan
kepada anak keturunannya.
Dinasti Umayah berkuasa selama kurang lebih 90 tahun
(661-750 M). Kota Damaskus diambilnya menjadi pusat
pemerintahan dan ibukota negara. Selama dinasi ini
berkuasa, banyak kemajuan yang dicapai, khususnya dalam
bidang penaklukkan daerah dan perluasan wilayah. Pada
masa awal pemerintahan Muawiyah, ada usaha memperluas
wilayah kekuasaan, baik ke barat maupun ke timur dikirim
panglima Muhalaf bin Abi Sufrah. Selain itu, masih banyak
panglima-panglima lain yang ditugaskan oleh Muawiyah
untuk mengadakan perluasan wilayah ke Afrika.
Selama kekuasaan dinasti Umayah, terdapat banyak
perkembangan dan kemajuan yang dialami oleh umat Islam.
Daerah kekuasaan semakin luas dan persoalan kehidupan
pun semakin kompleks. Muawiyah sangat berambisi untuk
dapat menaklukkan Byzantium dengan simbol kekuatannya
184 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman