Page 300 - Catatan Peradaban Islam
P. 300

Pada masa pemerintaham Al-Mutawakkil, khalifah yang
               mengakhiri  masa  kejayaan  aliran  Mu’tazilah,  Al-Kindi
               mengalami nasib yang tidak menguntungkan. Ia dipecat dari
               berbagai  jabatan  yang  telah  dipercayakan  kepadanya.
               Jabatannya  sebagai  guru  di  istana  dipercayakan  kepada
               putra-putra Musa yang juga tergolong ilmuwan, walaupun
               tidak  sepopuler  Al-Kindi.  Suatu  ketika  putra-putra  Musa
               merampas perpus-takan Al-Kindiah, milik pribadi Al-Kindi,
               tetapi  pada  akhirnya  perpustakaan  tersebut  dikembalikan
               kepadanya.

                   Sebagai  perintis  filsafat  murni  dalam  dunia Islam, Al-
               Kindi memandang filsa-fat sebagai ilmu pengetahuan yang
               mulia, yaitu ilmu pengetahuan mengenai sebab dan realitas
               ilahi  yang  pertama  dan  merupakan  sebuah  sebab  dari
               realitas yang lainnya. Ia melukiskan filsafat merupakan ilmu
               dari segala ilmu  dan kearifan dari segala kearifan.  Filsafat
               bertujuan untuk memperkuat agama dan merupakan bagian
               dari kebudayaan Islam.
                   Filsafatnya  tentang  keesaan  Tuhan  selain  didasarkan
               pada wahyu juga pada proposisi filosofis. Menurut Al-Kindi,
               Tuhan  tidak  mempunyai  hakikat,  baik  hakikat  secara
               juziyyah  atau  ‘ainiyah  (sebagian)  maupun  hakikat  secara
               kuliyyah  atau  mahiyah  (keeluruhan).  Tuhan  tidak
               merupakan  genus  atau  spesies.  Tuhan  adalah  Yang  Benar
               Pertama  (al-Haqq  al-Awwal)  dan  Yang  Benar  Tunggal  (al-
               Haqq al-Wahid)
                   Al-Kindi  menolak  pendapat  yang  mengatakan  bahwa
               sifat-sifat  Tuhan  itu  berdiri  sendiri.  Tuhan  haruslah
               mempunyai kekuasaan yang mutlaq, bukan hanya keessaan
               metaforis  yang  hanya  mampu  ditangkap  dengan  obyek-
               obyek indrawi. Tuhan tidak memiliki sifat-sifat dan atribut-


                                                 Catatan Peradaban Islam | 293
   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304   305