Page 299 - Catatan Peradaban Islam
P. 299

Mutasim  (833-842),  AL-Wasiq  (842-847),  dan  Al-
            Mutawakkil  (847-861).  Kelebihan-kelebihan  yang  dimiliki
            Al-Kindi  menyebabkan  dirinya  diangkat  sebagai  guru  dan
            tabib kerajaan.

                 Al-Kindi  hidup  pada  masa  kejayaan  Abbasiyah  dan
            ketika  paham  Mu’tazilah  menjadi  aliran  resmi  kerajan.
            Diterimanya Mutazilah menjadi aliran resmi kerajaan adalah
            karena  peranan  penting Al-Kindi, yang  melancarkan  suatu
            gerakan berskala luas dalam mengedepankan hal-hal pokok
            dalam fikiran Mutazilah dan kecenderungan rasionalitasnya
            di dalam masyarakat.
                 Karya-karya Al-Kindi berjumlah 270 buah, kebanyakan
            di  antaranya  berupa  risalah-risalah  pendek dan  banyak  di
            antaranya  sudah  tidak  ditemukan  lagi.  Melalui  karya-
            karyanya  dapat  diketahui  bahwa  Al-Kindi  adalah  seorang
            yang berpengetahuan luas dan mendalam. Karya-karyanya
            antara  lain  dapat  dimasukkan  ke  dalam  bidang  filsafat,
            logika,  ilmu  hitung,  musik,  astromomi,  geometri,  medis,
            astrologi,  dialektika,  psikologi,  politik,  keteorologi.  karya-
            karya tersebut banyak di antaranya yang diter-jemahkan ke
            dalam  bahasa  Latin  dan  bahasa-bahasa  Eropa,  sehingga
            karya-karyanya  banyak  mempengaruhi  pemikiran  orang-
            orang Eropa pada abad pertengahan.
                 Al-Kindi dikenal sebagai filosof muslim pertama karena
            dialah  orang  Islam  pertama  yang  mendalami  ilmu-ilmu
            filsafat. Hingga abad ke-2 H./7M. Pengetahuan filsafat masih
            didominasi oleh orang-orang Kristen Suriah. Selain dikenal
            sebagai  seorang  penerjemah,  Al-Kindi  juga  banyak
            menyimpulkan  karya-karya  Hellenisme.  Bahkan  ia  dikenal
            sebagai    pemikir   muslim    Arab    pertama    yang
            menghubungkan filsafat dengan agama.


            292 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303   304