Page 153 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 153
“Tak terasa yaa, anak kita sekarang sudah dewasa?” Kata sang
ayah kepada ibunya Kumbang.
“Putra kita sudah berubah, semoga kelak ia akan menemukan
kebahagian,” ucap sang ibu sambil menatap wajah Kumbang.
Pagi begitu cerah, mentari bersinar dengan bebas, Kumbang
pun bersiap meninggalkan rumah kedua orang tua. Singkat cerita,
sampailah Kumbang di kampung tetangga. Kumbang tersenyum
melihat keindahan Danau yang begitu mempeson. Airnya yang
begitu tenang membuat kedamaian mata yang memandang.
Kumbang memberanikan diri berkumpul dengan orang-orang,
meskipun kehadirannya mengisahkan tanya, karena semua mata
tertuju ke arah Kumbang Bernanung. Lelaki yang sangat tampan dan
mempesona itu berdiri sangat gagah dengan pakaian lusuhnya.
Kumbang pun menjadi risih, namun Kumbang tetap teguh dan
kuat, iya tak ingin pulang hanya karena ia seorang pemuda yang
miskin. Senyuman hinaan terlihat di antara pengunjung yang sedang
menyaksikan pertunjukkan itu. Namun Kumbang tidak memperduli-
kannya, Kumbang lelaki yang kuat dengan pendiriannya, ia tak ingin
pulang hanya karena orang tidak menyukai kehadirannya, Kumbang
dengan semangat masih berdiri menyaksikan pertunjukkan itu.
Pertunjukan itu membuat Kumbang sangat bahagia, senyuman
pun terlihat di bibirnya, mata Kumbang Bernaung tanpa kerkedip
menyaksikan pertunjukan demi pertunjukkan, canda tawa terdengar
sangat jelas di telinga Kumbang, semua yang menyaksikan
pertunjukan itu terlihat sangat bahagia. Namun, mata Kumbang
Bernaung tiba-tiba terhenti pada satu sosok. Ia tidak lagi
menyaksikan pertunjukkan. Matanya tak pernah berhenti
memandang sosok yang telah mencuri konsentrasinya.
“Siapakah dia gerangan?”
142 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah