Page 34 - Evaluasi Pembelajaran
P. 34
pengukuran tidak langsung, pengukur hanya dapat mengukur
gejala atau respon dari obyek yang diukur, kemudian
memberi skor pada respon tersebut. Dalam hal ini, pengukur
tidak memperoleh keputusan yang eksak tentang hasil
pengukurannya, karena skor yang didapat hanya berdasarkan
gejala yang timbul setelah diberi stimulus tertentu. Dalam
pengukuran pendidikan, stimulus yang diberikan berbentuk
instrumen atau alat ukur tertentu, baik berbentuk tes maupun
non tes.
Hasil pengukuran umumnya dinyatakan secara kuantitatif
menggunakan angka tertentu. Angka tersebut disebut skor
hasil pengukuran. Dalam konteks penggunaan tes sebagai alat
ukur hasil belajar, maka skor dapat diartikan sebagai angka
yang melambangkan jumlah jawaban benar yang diperoleh
dari suatu pengukuran (Aries, 2011). Skor juga dapat diSkor
adalah gunaan tes angka dalam rentang tertentu, yang
menyatakan hasil pengukuran. Rentang skor disesuaikan
dengan kebutuhan pengukuran. Kita bisa menggunakan skor
dalam rentang 0-100, rentang 60-100, rentang 0-10, dan
sebagainya.
Skor hasil pengukuran tidak langsung masih mengandung
ketidakpastian atau kesalahan. Naga (1992) [1], menyatakan
bahwa skor hasil pengukuran pendidikan masih bersifat
probalistik karena mengandung unsur kekeliruan. Dengan
kata lain, skor hasil pengukuran hasil belajar terdiri dari skor
sebenarnya (True score) dan skor kekeliruan (Error), yang
dapat dilambangkan dalam persamaan berikut :
X = T + E
X = skor hasil pengukuran
T = skor sebenarnya
E = error atau kekeliruan
Dengan demikian, jika seorang peserta didik memperoleh
skor 75 dari hasil sebuah tes hasil belajar, maka skor 75
tersebut belum tentu menggambarkan kemampuan
23