Page 124 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 124

hingga  ia  dinamakan  manusia.  Dengan  manuia  Tuhan
               memandang  terhadap  mahkluknya  dengan  penuh  kasih
               sayang.    Manusia  itulah  yang  baru  yang  melimpah,  yang
               berkekalan, yang abadi dan juga yang merupakan kalimah
               pemisah  dan  penghimpun.  Dan  jika  tidaklah  zahir  Tuhan
               pada benda-benda makhluk niscaya tidak ada sifat-sifat dan
               asmanya. Dan manakala kita sudah kenal padanya maka kita
               pun mengenal dia dan melalui tajallinya kita mengenal alam
               semesta.
                   Dalam uraian lebih lanjut, Ibnu Arabi mengaskan bahwa
               Ain  dari  wujud  alam  semesta  ini  adalah  Tuhan  sedang
               lahirnya adalah berupa materi, atau dengan kata lain bahwa
               materi itu adalah hanya berupa bayang-bayang dan dalam
               hukum  adami  (tidak  berwujud).  Selanjutnya  Ibnu  Arabi
               menyatakan  “Sesungguhnya  telah  menyatakan  para
               muhaqiqin bahwa tidak ada alam wujud in melainkan Allah.
               Dan kita sekalipun ada, maka adanya kita itu adalah dengan
               dia.  Segala  sesuatu  yang  bergantung  dengn  dia  adalah
               bayang-bayang.  Tidak  ubahnya  gambar  yang  ada  dalam
               cermin merupakan gambar yang ada di luar cermin dan yang
               di luar cermin itulah yang sebenarnya ada”.
                   Engkau hamba dan Engkau Tuhan

                   Bagi orang yang pada-Nya engkau hamba
                   Engkau Tuhan dan engkau hamba

                   Bagi orangyang telah ditetapkannya
                   Maka  wujud  semesta  ini  bagi  Ibnu  Arabi  adalah  satu
               juga,  dan  apabila  kita  telah  melihat  dengan  bermacam-
               macam  dalam  jumlah  yang  tidak  terhitung  maka  hal  itu
               adalah karena jika menggunakan acuan-acuan indra dan akal
               semata-mata.  Akal  dan  indra  menangkap  kesemestaan  itu



                                                       Bibliosufistik | 111
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129