Page 232 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 232
ayahnya untuk dibagikan, dan berkata: “terimakasih wahai
ayahku”.
Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani
rasa dingin yang menggigit, anak itu membagikan buku
kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa
rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya. Namun
sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut.
Akhirnya ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah
disebrang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depat rumah, iapun memencet bel, tapi
tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap
sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan
langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan
kecilnya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu
penasaran dengan rumah tersebut.
Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok
nenek yang tampak sangat sedih. Nenek berkata: “ada yang
bisa saya bantu nak?” Si anak berkata (dengan mata yg
berkilau dan senyuman yang menerangi dunia): “Saya minta
maaf jika mengganggu, akan tetapi saya ingin
menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan
memperhatikan nyonya. Kemudian saya ingin
menghadiahkan buku ini kepada nyonya, di dalam nya
dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba,
dan tips-tips memperoleh keridhoannya.
Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam
memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia
mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi. Terdengar
sayup – sayup dr shaf perempuan seorang perempuan tua
berkata: Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini,
Bibliosufistik | 219