Page 71 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 71

menggunakan  jasad  sebagai  alatnya.  Sedangkan  jasad
            berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi.
            Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal
            dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula.  Ia
            selalu  dinisbahkan  kepada  Allah  dan  tetap  berada  dalam
            keadaan suci.
                 Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka
            setelah  ditiup  Allah  dan berada  dalam  jasad,  ia  tetap suci.
            Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral
            yang  baik  dan  mulia.  Jika  ruh  merupakan  sumber  akhlak
            yang mulia dan terpuji, maka lain halnya dengan jiwa. Jiwa
            adalah  sumber  akhlak  tercela,  al-Farabi,  Ibn  Sina  dan  al-
            Ghazali  membagi  jiwa  pada:  jiwa  nabati  (tumbuh-
            tumbuhan), jiwa hewani (binatang) dan jiwa insani.
                  Jiwa  nabati  adalah  kesempurnaan  awal  bagi  benda
            alami yang organis dari segi makan, tumbuh dan melahirkan.
            Adapun jiwa hewani, disamping memiliki daya makan untuk
            tumbuh  dan  melahirkan,  juga  memiliki  daya  untuk
            mengetahui hal-hal yang kecil dan daya merasa, sedangkan
            jiwa insani mempunyai kelebihan dari segi daya berfikir (al-
            nafs-al-nathi qah).

                 Daya    jiwa    yang    berfikir (al-nafs-al-nathiqah   atau
            al-nafs-al-insaniyah).  Inilah,  menurut  para  filsuf  dan  sufi,
            yang  merupakan  hakekat  atau  pribadi  manusia.  Sehingga
            dengan  hakekat,  ia  dapat  mengetahui  hal-hal  yang  umum
            dan yang khusus, Dzatnya dan Penciptaannya. Karena pada
            diri  manusia  tidak  hanya  memiliki  jiwa  insani  (berpikir),
            tetapi juga jiwa nabati dan hewani, maka jiwa (nafs) manusia
            mejadi pusat  tempat  tertumpuknya  sifat-sifat yang  tercela
            pada  manusia.  Itulah  sebabnya  jiwa  manusia  mempunyai
            sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.




            58 | Asep Solikin
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76