Page 75 - Bibliosufistik Pada Jalan Tuhan Memancar Kedamaian
P. 75

zuhud yang penuh taqwa, wara' serta dzikir yang kontinyu,
            ilmu  ladunni  (ilmu  Allah) yang  memancarkan  sinarnya
            dalam  hati,  sehingga  ia  dapat menjadi  Sumber  atau  wadah
            ma'rifat,  dan   akan   mencapai pengenalan  Allah  Dengan
            demikian,  poros  jalan  sufi ialah moralitas.
                 Latihan-latihan  ruhaniah  yang  sesuai  dengan  tabiat
            terpuji adalah sebagai kesehatan hati dan hal ini yang lebih
            berarti  ketimbang  kesehatan  jasmani  sebab  penyakit
            anggota  tubuh  luar  hanya  akan  membuat  hilangnya
            kehidupan di dunia ini saja, sementara penyakit hati nurani
            akan membuat hilangnya kehidupan yang abadi.  Hati nurani
            ini tidak terlepas dari penyakit, yang kalau dibiarkan justru
            akan   membuatnya berkembang banyak dan akan berubah
            menjadi hati dhulmani hati yang kotor.
                  Kesempurnaan  hakikat  manusia  (nafs  insaniyah)
            ditentukan oleh hasil perjuangan antara hati nurani dan hati
            dhulmani. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah yang
            artinya,  "Sesungguhnya  beruntunglah  orang-orang  yang
            mensucikan jiwanya, dan rugilah orang yang mengotorinya."
            (QS. 91:8-9).
                 Hati nurani bagaikan  cermin, sementara pengetahuan
            adalah pantulan gambar realitas yang terdapat di dalamnya.
            Jika  cermin  hati nurani  tidak  bening,  hawa nafsunya  yang
            tumbuh.    Sementara   ketaatan   kepada   Allah   serta
            keterpalingan dari tuntutan hawa nafsu itulah yang justru
            membuat  hati-nurani  bersih  dan  cemerlang  serta
            mendapatkan limpahan cahaya dari Allah Swt.

                  Bagi  para  sufi,  kata  al-Ghazali,  Allah  melimpahkan
            cahaya    pada   dada    seseorang,   tidaklah   karena
            mempelajarinya, mengkajinya, ataupun menulis buku, tetapi
            dengan  bersikap  asketis  terhadap  dunia,  menghindarkan
            diri dari hal-hal yang berkaitan dengannya, membebaskan


            62 | Asep Solikin
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80