Page 46 - Bimbingan Karir Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir
P. 46
1. Linier dan berjenjang.
Orang yang bekerja dalam sebuah lembaga (perusahaan)
akan menjalani karirnya dari bawah dan kemudian naik
sedikit-demi sedikit melalui tahapan-tahapan yang
telah ditentukan oleh struktur secara birokratis.
2. Terikat dengan tempat dan waktu (boundary).
Orang bekerja dalam tempat bernama kantor dengan
jam kantor yang telah ditentukan, berangkat pagi,
berdesak-desakan di kendaraan, pulang sore, bahkan
tiba di rumah terkadang harus sampai larut malam, dan
begitu seterusnya irama kerja orang kantoran.
3. Adanya motivasi yang kuat dari individu untuk menjadi
orang gajian (karyawan) dalam sebuah perusahaan
(instansi) tertentu.
Terdapat mitos yang telah membudaya di negeri ini,
yaitu ketika seseorang baru lulus sekolah (kuliah) akan
disarankan oleh orangtua untuk melamar pekerjaan
dan bekerja dari bawah. Tidak perlu mempersoalkan
gaji yang kecil, yang penting tidak menganggur. Fungsi
sekolah adalah sebagai prasayarat melamar kerja.
Semakin tinggi tingkat pendidikan dianggap akan
semakin besar peluang untuk mendapatkan pekerjaan
dan posisi “empuk” (Kurniawan, 2008).
4. Pendapatan berbanding lurus dengan masa kerja.
Ada istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan
pola penggajian di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yaitu PGPS (pinter goblok pendapatan sama). Jika
dilihat dari Data BPS tahun 2003, yang dikutip oleh
Kurniawan (2008), fakta ini memang memprihatinkan,
karena pekerja lulusan perguruan tinggi ternyata hanya
memiliki pendapatan 3 kali lipat lebih tinggi daripada
lulusan SD, sementara biaya kuliah yang dikeluarkan
Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 33