Page 27 - Belajar & Pembelajaran
P. 27
Menurut Biggs dan Telfer, motivasi berprestasi dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu: (i) motivasi berprestasi tinggi, dan (ii) motivasi berprestasi
rendah. Siswa bermotivasi berprestasi tinggi lebih berkeinginan meraih
keberhasilan. Siswa tersebut lebih merasa terlibat dalam tugas-tugas, dan tidak
menyukai kegagalan. Dalam hal ini guru harus menyalurkan semangat kerja
keras siswa. Siswa yang bermotivasi berprestasi rendah umumnya lebih suka
menghindarkan diri dari kegagalan. Guru harus mempertinggi motivasi belajar
pada siswa tersebut. Terhadap siswa bermotivasi berprestasi rendah, guru
diharapkan mampu berkreasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran.
2. Dinamika Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran
guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar. Pada jenjang SLTP dan
SLTA peran guru tergolong tinggi, bila siswa SLTP dan SLTA yang menyadari
pentingnya belajar bagi hidupnya di kemudian hari. Adanya gejala membolos
sekolah, malas belajar, senda gurau ketika guru menjelaskan bahan ajar sukar
misalnya, merupakan ketidaksadaran siswa tentang belajar.
Menurut Biggs dan Telfer di antara motivasi belajar siswa ada yang dapat
diperkuat dengan cara-cara pembelajaran. Motivasi instrumental, motivasi
sosial, dan motivasi berprestasi rendah misalnya dapat dikondisikan secara
bersyarat agar terjadi peran belajar siswa. Adapun acara-acara pembelajaran
yang berpengaruh pada proses belajar dapat ditentukan oleh guru. Kondisi
ektemal yang berpengaruh pada belajar yang penting adalah bahan belajar,
suasana belajar, media dan sumber belajar, dan subjek pembelajar itu sendiri.
a. Bahan Belajar
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan
tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap, dan metode
pemerolehan. Sebagai ilustrasi buku biografi Panglima Sudirman adalah bahan
belajar sejarah. Wujud buku biografi tersebut dapat dibuat menarik perhatian
siswa, misalnya dengan gambar yang bagus, foto-foto berwarna, dan bentuk
huruf yang indah. Isinya tentang cerita kepahlawanan, sebagai peristiwa yang
mengemukakan perilaku dan sikap Panglima Sudirman. Cerita
kepahlawanannya sendiri dikemukakan dengan kalimat-kalimat yang benar
dan indah. Buku biografi tersebut paling laris dipinjam oleh siswa SMP dan
SMA. Banyaknya siswa yang meminjam dan membaca buku biografi tersebut
merupakan pertanda bahwa siswa mempelajari tokoh sejarah Indonesia.
Dalam hal ini, guru sejarah tinggal mendiskusikan tokoh Sudirman sebagai
pahlawan Indonesia. Dalam pelajaran di kelas, guru tidak perlu berceramah
tentang Sudirman, sebab siswa telah membacanya sendiri.
20 | Belajar dan Pembelajaran